Profil Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten
Santrie Salafie 9.9.19
Profil Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten - Pernahkah kalian membaca atau mendengar kisah tentang Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten? Dimana lokasi Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten? Kapan berdirinya Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten? Dan siapakah pendiri Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten?
Tenang, karena pada kesempatan kali ini Santrie Salafie akan berbagi tentang Profil Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten. Selengkapnya, langsung saja yuk scroll ke bawah untuk menyimak lebih lanjut tentang Profil Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten.
Sekilas tentang Pondok Pesantren Daar el Qolam
Madrasah Mu'allimin al-Islamiyah ( MMI ) Pondok Pesantren Daar el Qolam , adalah ponpes modern yang terletak di Kampung Pasir-Gintung, Kec. Jayanti, Kab. Tangerang, Prov. Banten. MMI Daar el Qolam didirikan pada bertepatan pada 20 Januari tahun 1968 Meter oleh Drs. KH Ahmad Rifa'i Arief atas prakarsa ayahandanya H. Qasad Mansyur yang pula seseorang tokoh warga desa Pasir Gintung.Sebutan "Pesantren Modern" sendiri merujuk kepada pesantren yang tidak cuma membagikan pelajaran- pelajaran yang berbasis kitab- kitab klasik, namun lebih dari sesuatu tempat pembelajaran yang membagikan pembelajaran agama ataupun pembelajaran universal dengan pendekatan tata cara pembelajaran yang pula modern.
Dalam catatan sejarahnya, proses pembelajaran serta pengajaran di Daar el Qolam dimulai dengan 22 murid yang tiba dari golongan keluarga, karib saudara dan warga dekat pesantren. Setelah perjalanannya dalam 48 tahun , Daar el Qolam sudah jadi suatu lembaga pembelajaran modern dengan latar belakang pesantren besar yang mengaitkan lebih dari 370orang asatidz/h serta kurang lebih 5000an santri yang berasal dari berbagai penjuru di Indonesia.
Penggagas Pondok Pesantren Daar el Qolam
Kemegahan serta kebesaran Daar el Qolam yang kita saksikan dikala ini tidak lepas dari sentuhan H. Qashad Mansyur. Lewat gagasan- gagasannya berdirilah Daar el Qolam bagaikan lembaga pembelajaran Islam yang mempunyai misi mencerdaskan kehidupan bangsa.Putra dari pasangan Ayah H. Markai serta Hj. Sujinah mengawali pendidikannya di Jamiyyatul Khair Tanah Abang serta suatu pesantren di Caringin Pandeglang.
Masa mudanya ikut aktif dalam dunia politik melalui Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia Masyumi, suatu partai politik berlandaskan Islam di dasar kepemimpinan H. Natsir serta HAMKA yang sangat mempengaruhi pada masa Orde Lama.
Menikah dengan Hj. Hindun asal Pandeglang, beliau dikaruniai 12 orang anak 7 putra serta 5 gadis. Wujud bapak yang pendiam tetapi mempunyai ketegasan.“ Melalui sifatnya tersebut banyak orang yang malah menyeganinya, bukan khawatir padanya” tutur Hj. Enah Huwaenah putrinya yang keenam.
Pada tahun 1939 beliau mendirikan Madrasah Masyariqul Anwar( MMA) ber sama sebagian tokoh warga dekat Gintung. Bersemangat yang besar untuk meningkatkan lembaga pembelajaran yang sudah dirintisnya, hingga dia memutuskan putra pertamanya untuk menimba ilmu di Pesantren Gontor, supaya nanti bisa mendirikan lembaga pembelajaran yang lebih besar.
Dikala menunggu pembelajaran putra pertamanya berakhir, dia menemukan tanah wakaf dari Hj. Pengki, tadinya dia ditawarkan tanah sawah ataupun daratan, dia memilih daratan. Kemauan yang menggebu- gebu buat mendirikan pesantren terus menjadi mengusik hatinya, pada dikala dia berkunjung ke Gontor memandang para santri turun dari masjid usai menunaikan shalat.
Sehabis Rifa'i Arief menuntaskan pembelajaran serta pengabdiannya pada tahun 1967, H. Qashad Mansyur lekas merealisasikan gagasannya yang sepanjang itu terpendam. Suatu dapur tua dijadikannya tempat belajar santri yang kala itu berjumlah 22 orang. Tantangan serta hambatan banyak dialami bersama putranya, namun dilaluinya dengan penuh kesabaran serta ketabahan hati.
Kiai yang tak dapat menulis dan membaca huruf latin, namun memahami Arab-Melayu ini terpanggil Yang Kuasa tahun 1976 di kediamannya dan dimakamkan di Kampung Songgom-Cikande-Serang-Banten. Dia wafat sehabis kemauan luhurnya terwujud. Untuk mengabadikan jasa serta perjuangannya dinamakan salah satu ruang belajar berlanta i 3 dengan namanya, Al- Manshur.
Pendiri Pondok Pesantren Daar el Qolam
Drs KH Ahmad Rifai Arief
KH Ahmad Rifa'i Arief( lahir 30 Desember 1942– wafat 16 Juni 1997 pada usia 54 tahun) merupakan seorang kiai perintis serta pendiri Pondok Pesantren Daar el Qolam, Pondok Pesantren La Tansa, Pondok Pesantren Sakinah La Lahwa, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi/ Sekolah Tinggi Agama Islam( STIE/ STAI) La Tansa Mashiro. Dia meninggal pada umur yang belum terlampau tua akibat serbuan jantung.
Masa kecil Drs KH Ahmad Rifai Arief
Ahmad Rifai Arief merupakan putra sulung dari H. Qasad Mansyur bin Markai Mansyur serta Hj. Hindun Masthufah binti Rubama. Bapaknya ialah seseorang guru agama pada Madrasah Ibtidaiyah Masyariqul Anwar, yang terletak di kampung Pasir Gintung, Kecamatan Balaraja( saat ini Jayanti), Tangerang. Oleh sebab itulah Rifa’i dibesarkan dalam lingkungan yang taat dan sarat dengan nilai-nilai agama.Sejak kecil, kedua orangtuanya memanggil Rifa’i dengan panggilan kesayangan yaitu “Lilip“. Kelak sampai beliau dewasa, orang-orang di kampungnya lebih mengenal dan memanggilnya demikian.
Ia memiliki 3 orang adik laki-laki serta 4 orang adik perempuan. Urutan tujuh adik-adiknya adalah Umrah, Dhofiah, Farihah, Huwaenah, Ahmad Syahiduddin, Nahrul Ilmi Arief dan Odhi Rosikhuddin. Di mata adik-adiknya, Rifa’i menjadi teladan, karenanya beliau sangat disayangi dan dihormati oleh mereka.
Perjalanan pendidikan Drs KH Ahmad Rifai Arief
Perjalanan pendidikan Rifa’i Arief seperti yang telah diuraikan di atas, seakan-akan menunjukkan persiapan beliau sebelum mendirikan sebuah pondok pesantren sebagaimana yang dinginkan ayahnya. Sepertinya, wujud ketidakpuasan dan ia masih berasa kurang ke atas ilmu yang telah ia dapatkan.Namun ia segera kembali ke kampungnya, mengingat keinginan ayahnya untuk segera mendirikan pondok pesantren. Menurut Ahmad Syahiduddin, maksud ayahnya agar para alumni “Madrasah Ibtidaiyah Masyariqul Anwar” dapat segera melanjutkan pendidikannya pada peringkat yang lebih tinggi yaitu di pondok pesantren yang akan didirikan anaknya itu.
Pada hari Jumat 19 Desember 1967, Qasad Mansyur bersama beberapa tokoh masyarakat kampung Gintung yang juga merupakan guru pada madrasah “Masyariqul Anwar” seperti Ustadz Ahmad Syanwani, Ustadz Sukarta, Ustadz Johar, dan juga Rifa’i sendiri membincangkan rencana pendirian pondok pesantren.
Mereka membahas sistem dan metode pembelajaran dan pengajarannya kelak setelah didirikan. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Pondok Gontor sebagai contoh dan model lembaga pendidikan yang akan didirikan.
Dalam prakteknya, institusi pendidikan tersebut menggunakan sistem madrasi dengan nama “Madrasah al-Mua`llimîn al-Islamiyah(MMI)” (مدرسة المعلّمين الإﺳلامية), yang digabungkan dengan sistem pondok pesantren yang diberi nama Dâr al-Qalam (دار القلم). Namun dengan transliterasi kata yang mereka buat sendiri, nama pondok tersebut pun menjadi tertulis Daar el Qolam.
Sebulan kemudian, atau tepatnya pada hari Sabtu 20 Januari 1968, bertepatan dengan tanggal 9 Syawwal 1338, dimulailah proses belajar mengajar. Pada periode awal santri - santri di MMI Daar el Qolam hanya berjumlah 22 orang. Mereka adalah adik-adik Rifa’i dan beberapa masyarakat sekitar kampung Gintung yang telah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Madrasah Masyariqul Anwar (MMA). Adapun tempat belajar mereka ialah bekas dapur neneknya, Hj. Pengki, yang telah direnovasi.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari Profil Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten diatas adalah:- Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten didirikan oleh Drs KH Ahmad Rifa'i Arief atas prakarsa ayahandanya H Qasad Mansyur yang pula seseorang tokoh warga desa Pasir Gintung pada 20 Januari tahun 1968 M, berlokasi di Kampung Pasir-Gintung, Jayanti, Tangerang, Banten.
- Pondok Pesantren Daar el Qolam Banten memulai proses pembelajaran serta pengajarannya dimulai hanya dengan 22 murid yang tiba dari golongan keluarga, karib saudara dan warga dekat pesantren. Dengan lebih dari 370orang asatidz/h serta kurang lebih 5000an santri yang berasal dari berbagai penjuru di Indonesia setelah menempuh perjalanannya selama kurang lebih 48th.
Baca juga: Profil Pondok Pesantren La Tansa Banten