Skip to main content

Kumpulan Puisi tentang Rasa Terlengkap (35 Puisi tentang Rasa)

Kumpulan Puisi tentang Rasa Terlengkap (35 Puisi tentang Rasa) by Santrie Salafie

Kumpulan Puisi tentang Rasa Terlengkap (35 Puisi tentang Rasa) - Apa kalian pernah membuat Puisi? tentu pernah 'kan? Baik itu tugas sekolah, hobi, atau hanya sekedar iseng saja. Nah, pada kesempatan kali ini Santrie Salafie akan berbagi tentang Kumpulan Puisi tentang Rasa Terlengkap (35 Puisi tentang Rasa).

Selengkapnya, langsung saja yuk scroll ke bawah untuk menyimak lebih lanjut tentang Kumpulan Puisi tentang Rasa Terlengkap (35 Puisi tentang Rasa).

Kumpulan Puisi tentang Rasa

Puisi tentang Rasa 1: Terima kasih Tuhan

Terimakasih Tuhan, Aku mengenalnya dari setiap pengalaman, Merasakan setiap detiknya, Merasakan sakit, bahagia, haru, dan semua terus mengulang

Namun, lagi-lagi... Aku tak bisa menafsirkan ini sendiri, Aku butuh seseorang untuk menerjemahkan ini semua..

Puisi tentang Rasa 2: Seperti Apa?

Hanya memberitahu.. Malam itu aku sendiri, tak mengerti apapun soal malam dan rasa, tak mengerti apapun tentang rasa sakit sebelumnya. Hanya sendiri.. Ditemani sepi..

Tak tahu kenapa air mata ini bergejolak ingin keluar, tak tahu kenapa hati ini hanya ingin sendiri, tak tahu kenapa pula pikiranku seakan tak ada yang peduli. Ini rasa seperti apa? Sakitkah? Sesak dalam Sesalkah? Akh..aku tak mengerti..

Puisi tentang Rasa 3: Bisa Jadi..

Aku tau, bicara tak akan membuat semuanya lebih baik. Bicara belum tentu membuat seorang perempuan dan laki-laki yang terpisah, bertemu dalam sekejap mata.

Tapi.. apakah aku salah, jika saat ini aku hanya ingin bilang rindu? bilang rindu pada sang malam yang menjelang pagi?

Puisi tentang Rasa 4: Perbedaan

Aku tak bisa buat dua orang yang berbeda menjadi satu karakter yang sama. Mereka berbeda, dengan yang satu aku tertawa dengan segala resah. Dan yang satu, tertawa karna ketidak-mengertinya dengan rasa. Tapi tetap, mereka penyemangat selagi resah sendiri. Buktinya sekarang, aku resah.. Sedetik selanjutnya..aku bahagia.

Jika sahabat kalian adalah mentari, percayalah kalian lebih baik jadi sang pagi. Karna takkan ada yang bisa menandingi kehangatanya.

Puisi tentang Rasa 5: Resah

Terakhir belakangan, tak ada yang spesial, terakhir belakangan yang aku rasa hanya rindu. Aku harus apa?

Dulu yang ku pikirkan saat malam adalah bertemu didepan gerbang, saling menatap, saling melempar senyum.. namun sekarang tidak bisa.. bahkan kita terpisah digerbang itu. Entahlah.. Aku resah kali ini.. sampai bercerita saja aku tak sanggup.

Puisi tentang Rasa 6: Bimbang

Sekali lagi pada malam aku bercerita tentang dia yang hadir dalam mimpiku semalam, namun dia hanya diam.. tak tahu mengapa. Yang aku lihat semalam adalah peran seorang lelaki yang pernah mendengarkan setiap ceritaku, dan ia hanya diam. Tepat didepanku. Dia duduk sambil menatap.

Ini bagaimana? aku bingung bercampur resah. Akankah dia terganti? Atau apakah ada yang sepertinya? Yang rela mendengarkan.. yang rela bertanya seperti orang bodoh karna hanya ingin aku melupakan sedikit masalahku. Rasa itu menyakitkan.. apakah kau ingin berbagi?

Puisi tentang Rasa 7: Selalu

Pada malam aku bercerita tentang seorang yang aku yakini sedang bersenang. Kau tahu? banyak darinya yang mulai tak peduli. Seakan menyalahkanku. Atas keterdiamanku.. Atas ketidakpedulianku.. Kau percaya jika aku terluka? atau kau percaya aku sedang tenggelam dalam kelam?

Aku bertanya. Namun tak ada jawaban.. jika tahu, kau bisa menjawabnya.. Aku tak mengerti.. Harus bagaimana atau bahkan aku sedang dikeadaan seperti apa?

Puisi tentang Rasa 8: Belajar Mencintai

Selamat pagi Semesta... Selamat pagi Rasa.. Pagi ini.. Aku ragu untuk melakukan hal yang mungkin bisa membuatku lebih terbiasa dengan pengalaman baru. Aku ragu untuk sekedar berjalan dalam lorong yang masih abu-abu.

Bahkan aku ragu berjalan demi hidupku saat ini... Ini ragu yang sangat berlebihan menurutku, dan yakinku.. yang bisa membuatnya sederhana hanyalah aku sendiri.. sebab sedang belajar mencintai diri sendiri

Puisi tentang Rasa 9: Belajar Melupakanmu?

'Pagi itu, seperti biasa.. Kau duduk dipinggiran ruang kelas sambil tertawa. Kau tau? hanya aku yang melihatmu dengan rasa kagum. Hanya aku yang tersenyum dalam diam ketika kau menggoda temanmu. Hanya aku yang merasa bersyukur dengan perasaan ini..

Namun sampai dimana kau melihatku? Mendekatiku? Bahkan Tersenyum padaku? Aku bahagia.. Tapi itu hanya sebentar! Karna kau memilih untuk pergi dari pada menetap.. Kau yang memilihku, tapi kau juga yang memilih pergi dariku.

Aku mencoba mengerti, namun kenapa rasanya seperti seakan dadaku sesak? dan sepertinya kau memilih yang lain. Kini.. Rasaku tertinggal dibait paling ujung puncak itu. Ini sudah berganti bulan bahkan tahun. Apakah aku harus belajar melupakanmu?

Puisi tentang Rasa 10: Berharap

Selamat malam' dari penemu titik sendu, kau ingat kopi pertama kita? Mahal, Pahit dan Hitam. Namun.. Yang kita lakukan adalah Berlagak seakan menyukai hal yang baru kita sesalkan. Disitu, aku menyesal kita menunggu dicafe itu. Aku menyesal pernah memilih kopi sepahit itu

Lagi-lagi... Aku melewatkan rasa bahagia itu dulu. Seperti tak sadar akan rasa, kita tertawa. Seperti tak kenal rasa malu, kita membeli satu minuman untuk berdua. Seperti orang bodoh, kita malah meminum lagi dan lagi kopi itu.

Hal yang menurutku adalah hal terkonyol yang pernah aku temui. Jika kau lupa, akan ku ingatkan lagi nanti dicafe yang sama..

Puisi tentang Rasa 11: Kalian Egois

Ingat beberapa kali kita berbicara? Berkumpul dan bercerita.. Seakan hal didunia luar sana hanya fana.. Seakan hal yang nyata adalah dongeng belaka. Tapi, Bolehkah aku merindu hanya dengan suasananya saja? Hanya dengan kehangatan bersamanya saja? Tanpa ada kata 'kamu'. Karna aku tak ingin rindu sendiri.. Karna aku tak ingin merindu dengan seorang yang tak peduli..

Katakan aku egois.. Iya! Namun, itu hanya denganmu dan semua sikapmu. Akh tidak! Kurasa yang paling tepat adalah 'kalian'(?) Selamat malan(?)

Puisi tentang Rasa 12: Salah Kaprah

Sepertinya hanya aku yang menganggap.. Hanya aku, yang bersemangat mengumumkan cerita kita. Hanya aku, yang seolah berbangga pada kisah kita.

Sisanya, Kau hanya menitipkan nama pada kisah. Kau hanya memberi bumbu pada cerita.. tanpa mau menarik minat para pembaca.

Puisi tentang Rasa 13: Entah Rasa Apa

Aku ingin bercerita. Ini sudah lama.. Namun sekedar mengenang tak masalah kan? Hari itu, tak tau hari apa.. atau mungkin bisa dibilang hari terbahagiaku (?) Bersama temanku berjalan di sebuah gedung besar yang bisa kita sebut sekolah. Gedung dengan nuansa berisiknya siswa-siswi SMA diterbilangan jakarta, seakan tak tau mengapa aku ingin senyum.

Bercanda dengan nada yang sama sekali tidak lucu, berbicara kesemua yang berhadapan dengan kita berdua. Sampai akhirnyaa... seseorang datang dengan wajah mirip seseorang dimasalaluku. Ini memang gila! Tapi Sumpah, dia benar-benar mirip, bentukkan mukanya, warna kulitnya, rambutnya, bahkan senyumnya.. hanya kawat gigi yang membedakan keduanya.

Ingin tahu rasanya seperti apa? Terbang setinggi-tingginya. Tersenyum selebar-lebarnya. Menatap penuh kagum kearahnya.. tapi semua tak sesuai realita. Yang aku alami sebenarnya hanyalah bergandeng tangan dengan temanku sangat erat, berbicara tanpa suara yang mengisyaratkan pergi, dan Duduk persis didepan kantin sekolah seraya berfikir semua hanya mimpi.

Ini hanya rasa yang tertinggal dan berulang kali aku berfikir dia bukan 'dia' yang sesungguhnya. Namun rindu ini sedikit terobati, hanya sedikit. Mungkin Tuhan ingin memberitahu jika hidup akan terus bergulir, waktu tetap berjalan, yang terganti akan berganti.. dan, hari itu sepertinya ada sinar lain yang menambah semangatku.

Puisi tentang Rasa 14: Ini Jelas Rasa Kecewa

Seakan malam hanyalah gelap, seakan lorong hanyalah sunyi, seakan tak melihat padahal kau menutup mata, sudah begini apa yang harus diperbaiki? Kau tahu kecewa yang paling dalam? menurutku kecewa pada diri sendiri, bahkan aku merasakannya sekarang. Itu kenapa, aku tak pernah terlihat saat gelap. Dan kau tidak mengerti.

Yang kau tahu, Aku hanya pagi yang hangat,hanya siang yang cerah dan hanya sore yang sejuk. Tanpa mau tahu, Aku adalah.. Malam yang dingin.

Puisi tentang Rasa 15: Tentang Rasa Berterima Kasih

Terima kasih telah membuat semuanya sedikit lebih baik.. Terima kasih untuk 19 menit berbicara yang tak tentu arah bersamaku.. Terima kasih, karna resah ini sedikit menghilang karnamu, karna datar bibir ini, menjadi senyum walau sebentar..

Ku persembahkan untukmu teman bicaraku walau hanya sebentar, ku persembahkan untukmu teman yang tak terlalu banyak bicara namun banyak bertindak, tentang dia.. yang rela mengerti.

Puisi tentang Rasa 16: Perasaan Tidak Percaya

Alasannya, beberapa kali aku lihat seberapa tak ternilainya aku ditempat itu. Seperti misalnya, kalian tak pernah percaya akan hal yang aku katakan. Seberapa kali pilihanku hanyalah angin lalu, kemudian sejenak aku tak bergerak disudut itu.. memilih tenggelam sendiri. daripada harus tenggelam bersama, namun hanya aku yang didorong kedalam air..

Sejenak aku tak berkabar, aku memilih tak peduli dengan semua ini.. namun yang ada, kalian tetap tak peduli.. menghiraukan setiap detiknya tanpaku.. seakan lalu adalah lalu. Tak pantas untuk diperbaiki..

Puisi tentang Rasa 17: Resah Berlanjut

Dia hanya ingin dimengerti tanpa mau membuka suara. Dia hanya ingin didengar tanpa harus ada balasan. Dia hanya ingin dipercaya tanpa banyak tanya

Bisakah sekali lagi dia berteriak sangat keras? Sekedar mengingatkan jika ia ada. Sekedar memberi tahu jika ia melihat. Dan sekedar menyadarkan jika ia tak banyak mengerti dengan keadaan seperti saat ini.

Dia adalah aku.

Puisi tentang Rasa 18: Jika Ingat Pasti Tersenyum

Bukan hanya tempat terkenal, bahkan bukan juga tempat yang indah. Hanya jalan raya. Iya, jalan raya dengan khas kendaraan roda dua dan empat. Jalan raya yang entah kenapa bisa menyatukan yang tadinya tak saling mengenal. Bisa dibilang kita bodoh dalam pelajaran, bodoh dalam ketidak pekaan rasa; Tapi, percayalah... kita bodoh dalam segala hal, kita bodoh dalam arah yang akan membawa titik dimana kita berjalan.

Pulangnya.. kita ditraktir es yang sangat special.. mungkin es durian menurut kalian biasa. bahkan bisa jadi, setiap sore kalian nikmati. Tapi lagi-lagi bukan karna harga. Tempatnya. Dan rasa es itu sendiri.. yang kita rasa hanya hangat dari sapaan, celaan, bahkan tertawa yang tak tentu arah.

Kalian ngerti maksudku? Ini sapaan indah untuk Rasa, "Selamat malam dari hangatnya pembicaraan kita waktu lalu"

Puisi tentang Rasa 19: Haru Birunya Rasa

Tepat sore itu.. Aku menemukan apa yang aku cari, apa yang aku ingin dari seseorang? dia pendengar yang baik.. dia seorang yang entah kenapa bisa membuat nyaman.. Mendengar, Memberi solusi, Memberi pengertian lebih.

Tawa dan menahan tangis adalah hal yang kita alami sore itu, entah kenapa, saat itu hujan.. rasanya seperti 'kita sedang bicara didepan tungku api yang hangat'

Puisi tentang Rasa 20: Ada Apa?

Semoga esok adalah hal yang menyenangkan. Jadi, dia ingin aku berjalan dengannya esok sore. Ah bukan, maksudnya esok siang hingga sore! Mungkin akan terasa berbeda.. namun, tak masalah. Menurutku esok adalah hal yang sangat ku tunggu. I swear!

Ini bukan tentang bersama siapa, tapi yang sangat ku nanti adalah cerita setelah ini.. semoga ada cerita esok malam. Nanti akan ku ceritakan pada semesta.

Puisi tentang Rasa 21: Ada Apa Lagi?

Setelah dimana kita berjanji temu disebuah aplikasi. Kita mulai berjalan, banyak cerita yang aku sampaikan padanya, begitupun dia. Cerita semacam rasa yang kita rasa sejak tak lagi jumpa, mengingat setiap gurauan yang menggelitik jiwa. Dan.. telah sampailah kita di arah tujuan, mencari apa yang ingin kita cari. Akh... maksudku yang dia cari!

Namun, semua tak sesuai harapan. Yang ia cari tak ada dan ini jelas rasa kecewa! Namun lagi-lagi.. kita menemukan hal yang menarik. Kincir Angin. Iya, hanya kincir angin dengan putaran pelan. Tapi entah kenapa aku merasa damai, walau aku tahu persis manusia disebelahku sedang dalam rasa kecewa.

Setelah itu kita makan, bermain, walau hanya tertawa diruang berlabel 'Toilet'. Jadi, mulai pintar dengan keadaan. Berlagak tahu arah tujuan. Walau berakhir dengan rasa kecewa. Dan jangan lupa! Dia akan tetap tertawa..

Puisi tentang Rasa 22: Seperti Rasa

Biarkan ini menjadi semacam untaian kata yang tak pernah tersampai. Semacam tulisan-tulisan bermotivasi untuk para penulisnya.

Seperti Rasa.. Kurasa kita punya warna masing-masing, punya cerita masing-masing untuk disampaikan sesuai kata hati.

Seperti Rasa.. Yang kita alami sore itu memandang keluar dengan mata berbinar, seakan senja adalah tontonan mengasikkan yang harus kita pandang. Selamat malam.

Puisi tentang Rasa 23: Bunga

Karna aku tetap aku.. seandainya berbeda itu hanya sementara.

Bisanya aku adalah bisa. Tidak bisanya aku adalah aku malu. Tawaku adalah tangis. Tangisku adalah hal semacam 'aku butuh kamu'.

Puisi tentang Rasa 24: That Dream

Bahkan mereka bingung dengan hal yang menyangkut kata didalam benak masing-masing. Memilih kata atau bertanya pada orang lain. Lalu, yang Kurasa saat itu.. dia telah buat sesuatu yang menggambarkan arti dari kita, dari semua keadaan sampai kita terlihat asing.. sampai dimana dia mulai mengisyaratkan? namun terputus oleh seorang pemimpin dalam ruang.

Hingga membuat kata demi kata terombang-ambing dan memilih menjadi semua angan-angan. Ini mimpiku, hanya mimpi.

Puisi tentang Rasa 25: Resah Untuk Ke Sekian Kali

Aku bukan dia, yang bisa menulis kata demi kata menjadi satu kalimat yang begitu sederhana.

Aku bukan dia, yang bisa tenang dalam keadaan apa saja. Dan aku bukan mereka, yang menganggap semua akan baik-baik saja, walau keadaannya tidak seperti itu.

Tapi ini aku, hanya seorang lelaki dengan ketakutan yang tak jelas arah yang akan ditakutkan. Bahkan itu belum terjadi..

Puisi tentang Rasa 26: Kata Rasa

Iya, harusnya kita mulai belajar untuk mencintai diri sendiri. Karna apa yang kita ingin, ada didiri kita. Apa yang kita raih, itu untuk kita. Apa yang kita dapat, adalah hasil kita.

Be Yourself then, We Love you.

Puisi tentang Rasa 27: Sulit Berkata

Bukan lelah yang lebih kuat dihati ini, bukan senang yang mengganjal dihati, bukan pula resah yang dirasa hati.

Hanya takut.. Takut membuat semuanya menjadi sulit karna ego. Takut... Karna aku masih merasa sendiri. Bahkan, hanya hampa yang hinggap dihati meninggalkan bekas, seperti kenangan yang tak pernah terlupa.

Puisi tentang Rasa 28: Kata

Ada banyak coretan tinta dikertas itu, bahkan bisa jadi setelah ini bertambah; Semuanya tentang mereka : yang sedih, senang, bahkan rasa resahku membuat cerita.

Ya, karna mereka akan selalu ada tawa di s'tiap kau membuka buku itu. Entah apa... selamat malam.

-Dariku penyebar rintik sendu-

Puisi tentang Rasa 29: Ini Bukan Penyesalan

Bukan penyesalan, melainkan aku resah dengan keadaan yang seperti tak dihargai.

Bukan meminta lebih, hanya saja aku ingin semua baik-baik saja.

Hanyut dalam waktu yang tertata pada setiap detiknya, bisakah demikian? atau bisakah beri aku hiburan. Ya, setidaknya ini awalannya 'kan?

Puisi tentang Rasa 30: Hanya Diam

Hanya diam dengan kata yang berputar dalam benak, hanya diam dengan tatapan kosong ke arah gerbang penantian. Tak ada resah dihatinya, tak ada gelisah yang bertanya. Dia mulai mengerti tentang siapa yang patut untuk hargai, yang patut untuk diperjuangkan kesetiaannya

Jadi nanti, apakah ia salah jika berperasangka?

Puisi tentang Rasa 31: Bersyukur

Kemarin itu indah, Entah apa.. tapi biarkan ini jadi siklus kehidupan yang sehat, yang bisa kalian lakukan saat sedih. Bahkan bisa kalian tuangkan sebagai sebagian hari kalian, yaitu memberi.

Karna menurutku -aku memberi dan akan diberi. Semangat!!

Puisi tentang Rasa 32: Entah

Sebenarnya ingin bercerita tentang yang selalu mengingat dalam lara, selalu mengerti dalam duka, selalu tersenyum dalam suka.

Jujur !!! tak ada yang special didirinya, bahkan tak ada alasan untukku menceritakannya.

Ia hanya teman kecil diwaktu yang tepat. Ia hanya sandaran saat resah. Ia hanya seorang teman yang pantas untuk bertukar pikiran. Tidak lebih, tidak kurang. Dia temanku. Selamat malam dari hangatnya rasa berteman

Puisi tentang Rasa 33: Rasa Kagum Pada Ciptaan Tuhan

yaa, mungkin ini yang sering aku alami. Suka dalam diam. Entah ini apa. Kalau suka, aku tak yakin akan hal itu. Cinta? Akh, kurasa ini masih terlalu jauh. Sebaiknya ini kita anggap saja rasa kagum pada ciptaan tuhan.

Jadi awalnya, aku tak memperhatikan sekitar sampai ada seseorang dengan santai memberi tumpangan. Bukan padaku, tapi temanku. Tapi rasanya ini akan susah untuk dijelaskan. Intinya aku suka melihat dia memperhatikan sekitar dan tidak berpura tak tahu, padahal dia melihat.

Terimakasih. Untukmu yang suka memperhatikan. Aku selalu melihatmu jika kau tak lihat. Aku suka melihatmu jika kau memperhatikan sekitar. Aku juga suka melihat rambutmu ya, walau tak terlihat:))

Puisi tentang Rasa 34: Menyerah Lagi

Aku sebelumnya pernah bercerita tentang dia -yang suka melihat sekitar- bukan? Ini masih cerita yang sama. Jadi, temanku ingin membantu untuk mendekatkan kita. Hanya saja, kalian tahu kenapa? Aku mengira dia adalah anak yang 'nakal'. Aku mengira dia adalah 'preman'.

Tapi, setelah temanku menyuruhnya mendekatiku; Aku hanya tertawa dengan jawabannya, "malu" itu kata dia. Berbanding terbalik dengan mukanya yang saat itu aku mengiranya 'nakal'. Aku menyerah menyukainya karna pilihan dia bukan berjuang. Aku juga bukan orang yang mudah berjuang.

Dia malu, aku takut.. kita gabakal ketemu:) Ini akan jadi kenangan bahwa aku pernah melihat orang baik hanya dengan mata. Selamat siang

Puisi tentang Rasa 35: Akhirnya

Aku bersyukur dengan rasa ini. Tapi bagaimana.. dia tak melihatku, bahkan jelas sekali dia menolakku. Tak ada yang salah dengan alasannya, "Gua gak mau dia terlalu ngarepin gua" itu kata dia.

Aku tak bisa berkata.. kalau kalian jadi aku, kalian bisa apa? Ini kecewa yang tak begitu ketara, karna memang dari awal.. aku tak yakin dengannya. Selamat malam dariku untuknya yang memilih diam dari pada berjuang.

Puisi Rasaku ini, Untukmu.

* SELESAI *

Bagaimana perasaannya setelah membaca Kumpulan Puisi tentang Rasa Terlengkap diatas? Mudah-mudahan dengan membaca Kumpulan Puisi tentang Rasa ini, bisa mewakili perasaan kita semua. Tentunya juga, semoga bisa menambah kreativitas kita dalam berpuisi. Jangan lupa datang kembali untuk menyimak kumpulan puisi lainnya dalam berbagai tema pada waktu yang akan datang. Salam santun dan semoga bermanfaat.

Baca juga: Jalaluddin Rumi Lukisan adalah Bukti Adanya Pelukis

Tambahkan aplikasi Santrie Salafie di smartphone tanpa install

  1. Buka SantrieSalafie.com dengan browser Chrome di smartphone
  2. Klik ikon 3 titik di browser
  3. Pilih "Tambahkan ke layar utama"
  4. Selanjutnya klik aplikasi Santrie Salafie dari layar utama smartphone Anda untuk menggunakannya.

Atau, ikuti Santrie Salafie di Google News dengan klik icon untuk mulai mengikuti dan mendapatkan pengalaman membaca lebih mudah.

Comment Policy: Silakan baca Kebijakan Komentar kami sebelum berkomentar.
Buka Komentar
Tutup Komentar
-->