Cara Mencegah Anak Agar Tidak Merokok
Santrie Salafie 12.11.19
Cara Mencegah Anak Agar Tidak Merokok - Bagaimana caranya untuk mencegah anak menjadi perokok? Karena jika dilihat hingga sekarang, anak yang perokok menjadi sangat mudah kita temui dimana-mana. Dan itu tentu juga akan menjadi sebuah problematika bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, ada baiknya bagi kita untuk mengetahui tentang cara mencegah anak menjadi seorang perokok.
Mencegah Anak Menjadi Perokok
Rokok tidak lagi hanya dihisap oleh orang dewasa saja, anak-anak pun sudah terkontaminasi rokok. Jumlah keseluruhan kasus perokok anak di bawah umur 18 tahun terus meningkat dari 7,2% pada 2009 menjadi 8,8% di tahun 2016.
Angka tersebut semakin jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019 yang menargetkan perokok pemula dapat ditekan hingga 5,5 persen. Masih tingginya jumlah perokok remaja antara lain karena belum ada dampaknya signifikan dari kenaikan harga rokok, sehingga harga rokok masih terjangkau oleh anak (mediaindonesia.com, 12/9/2018).
Artinya, perokok anak maupun remaja di Indonesia cukup banyak, sehingga harus ada upaya untuk mencegah kenaikan signifikan terjadi. Sudah selayaknya seorang anak maupun remaja dilarang untuk merokok karena merokok tidak baik untuk kesehatan. Kita ketahui banyak penyakit yang diindikasikan disebabkan oleh rokok.
Salah satunya adalah kanker, stroke, serangan jantung dan lain sebagainya. Masa depan anak masih panjang dan jangan biarkan mereka harus menjadi perokok. Langkah-langkah persuasif harus diambil agar rokok tidak semakin banyak menjangkit anak bangsa.
Menaikkan Harga Rokok
Harga rokok di Indonesia rata-rata sangat murah dan terjangkau. Begitu pula rokok dapat dibeli dalam bentuk batangan dan dijual di pedagang kaki lima maupun warung-warung rakyat selalu ada rokok dijual.
Murahnya harga rokok dan mudahnya menemukan tempat-tempat penjual rokok menjadikan anak yang sudah terbiasa merokok semakin meningkat. Dari kondisi tersebut menaikkan harga rokok merupakan solusi terbaik dengan tujuan konsumen semakin sedikit mengkonsumsi rokok karena harganya mahal tersebut.
Dukungan untuk menaikkan harga rokok menjadi mahal ternyata tidak hanya muncul dari masyarakat yang tidak merokok, tetapi juga dari para perokok aktif itu sendiri mendukung dengan dinaikkannya harga rokok.
Hal ini dibuktikan dalam hasil survei yang dilakukan PKJS-UI (Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia) selama Mei 2018 pada 1.000 responden. Sekitar 88 persen responden mendukung adanya kenaikan harga rokok. Harga Rp.60.000,- dan Rp.70.000,- untuk per bungkus rokok menjadikan para perokok diyakini dapat berhenti merokok.
Sebanyak 66% dari 404 sampel perokok aktif akan berhenti membeli rokok jika harga rokok naik menjadi Rp.60.000,- per bungkus dan sebanyak 74% dari 404 responden perokok mengatakan bahwa akan berhenti merokok jika harga rokok naik menjadi Rp.70.000,- per bungkus. Jika hal itu dapat terwujud kemungkinan besar perokok dapat menurun terkhusus pada anak-anak. Harapannya, anak maupun remaja dapat berhenti merokok demi menjamin masa depan mereka.
Orangtua pun dapat berperan mengawasi anaknya agar tidak terkontaminasi lingkungan yang perokok dan membatasi uang jajannya agar tidak mampu membeli rokok. Kenaikan harga rokok kiranya mampu membuat anak maupun remaja akan berpikir dua kali membeli rokok karena uang jajan mereka pun tidak cukup membelinya diakibatkan harga rokok yang naik. Mencegah anak menjadi perokok adalah tugas dari orangtua. Orangtua adalah teman terdekat anak yang selalu berada setiap harinya dengan anak.
Didikan yang baik sangat perlu untuk menumbuhkembangkan karakter anak. Pengawasan pun diperlukan agar anak mampu membatasi diri terkontaminasi lingkungan perokok. Selain itu, harus ada daya upaya dari orangtua juga membatasi uang jajan yang setiap hari diberikan kepada anak. Tidak perlu dengan jumlah yang besar. Harus disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Rencana kebijakan untuk menaikkan harga rokok patut kita apresiasi, namun harus diingat, orangtua juga harus berkomitmen tidak memberikan uang jajan dengan jumlah yang besar.
Jika diberikan, maka sama saja anak diberi keleluasaan untuk membeli rokok. Bagi saya, tak serta merta kebijakan kenaikan harga rokok mampu meredam menurunnya perokok pada anak maupun remaja. Ada faktor pendukung lainnya yaitu peran orangtua. Kenaikan harga rokok harus diimbangi dengan sebuah pengawasan orangtua.
Kita harus mewaspadai juga tindakan anak yang sudah candu terhadap rokok. Dengan adanya kenaikan harga rokok mampu membuatnya juga berpikir untuk mendapatkan uang dari orangtua agar dapat membeli rokok.Bisa saja si anak tadi berpikir untuk mencuri uang orangtuanya karena candu akan rokok.
Oleh karena itu, pengawasan orangtua itu penting dibarengi dengan kebijakan kenaikan harga rokok. Bagi orang dewasa pun patut diwaspadai juga karena akan ada kontradiksi dari kenaikan harga rokok ini bagi orang dewasa.
Dapat terjadi aksi kriminalitas disebabkan harga rokok naik. Akan timbul pikiran untuk dapat membeli rokok yang mahal tersebut dengan melakukan tindak pidana seperti pencurian ataupun perampokan. Jadi, hal tersebut patut kita waspadai bersama dan bergerak bersama agar ada manfaat upaya menaikkan harga rokok ini. Mencegah anak menjadi perokok adalah tugas kita bersama. Oleh Juandi Manullang.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari cara diatas adalah:
- Cara Mencegah Anak Agar Tidak Merokok diatas dapat dijadikan rujukan sebagai upaya untuk mencegah anak-anak kita menjadi perokok. Namun dengan catatan, ketika mencegah atau melarangnya harus dengan aturan yang baik. Jangan sampai tujuan kita baik tetapi cara atau aturan yang digunakan malah menjadikan anak tidak mengindahkan nasihat-nasihat kita sebagai orang tua, karena sudah diketahui bersama bahwa sifat dan pemikiran anak memang tidak seperti orang dewasa yang mudah diberi penjelasan dan mampu berpikir panjang.
Semoga dengan membaca artikel ini, bisa menambah wawasan kita semua tentang Cara Mencegah Anak Agar Tidak Merokok. Salam santun dan semoga bermanfaat.
Baca juga: Cadar antara Adat dan Syariat.