Profil Pondok Pesantren Lirboyo Kediri
Santrie Salafie 4.9.19
Profil Pondok Pesantren Lirboyo Kediri - Pernahkah kalian membaca atau mendengar kisah tentang Pondok Pesantren Lirboyo Kediri? Dimana lokasi Pondok Pesantren Lirboyo Kediri? Kapan berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo Kediri? Dan siapakah pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri?
Tenang, karena pada kesempatan kali ini Santrie Salafie akan berbagi tentang Profil Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Selengkapnya, langsung saja yuk scroll ke bawah untuk menyimak lebih lanjut tentang Profil Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
Sejarah Pondok Pesantren Lirboyo
Lirboyo, merupakan nama suatu desa yang digunakan oleh KH Abdul Karim jadi nama Pondok Pesantren. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo berkaitan erat dengan kepindahan serta menetapnya KH Abdul Karim ke desa Lirboyo tahun 1910 masehi.Pondok Pesantren Lirboyo tumbuh jadi pusat riset Islam semenjak puluhan tahun saat sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Terlebih dalam peristiwa kemerdekaan Republik Indonesia, Ponpes Lirboyo juga turut berfungsi dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dengan mengirimkan santri- santrinya ke medan perang (kejadian 10 November 1945 di Surabaya).
Bagaikan Pusat Studi Islam, Pesantren Lirboyo mencetak generasi bangsa yang smart- intelektual & smart dalam bidang ruhaniyah, serta keberagamaan Islam yang otentik. Pondok Pesantren Lirboyo mampu mengkolaborasikan antara tradisi yang sanggup mengisi kemodernitasan & teruji melahirkan banyak tokoh- tokoh shaleh dalam semua bidang.
Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo
KH. Abdul Karim ( 1856 – 1954 ) di desa Diyangan, Kawedanan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, dari pasangan Kiai Abdur Rahim dan Nyai Salamah. Manab adalah nama kecil beliau dan merupakan putra ketiga dari empat bersaudara. Saat usia 14 tahun, mulailah beliau melanglang buana dalam menimba ilmu agama dan saat itu beliau berangkat bersama sang kakak (Kiai Aliman).Pesantren yang pertama beliau singgahi terletak di desa Babadan, Gurah, Kediri. Kemudian beliau meneruskan pengembaraan ke daerah Cepoko, 20 km arah selatan Nganjuk, di sini kurang lebih selama 6 Tahun. Setalah dirasa cukup beliau meneruskan ke Pesantren Trayang, Bangsri, Kertosono, Nganjuk Jatim, disinilah beliau memperdalam pengkajian ilmu Al-Quran. Kemudian beliau melanjutkan menuntut ilmu ke Pesantren Sono (sebelah timur Sidoarjo), pesantren yang terkenal dengan pembelajaran ilmu Shorof, 7 tahun beliau menimba ilmu di Pesantren Sono ini. Lalu beliau nyantri juga di Pondok Pesantren Kedungdoro (Sepanjang-Surabaya). Sampai pada akhirnya, beliau meneruskan menimba ilmu di sebuah pesantren besar (Madura), asuhan ulama karismatik (Syaikhona Kholil Bangkalan). Cukup lama beliau menuntut ilmu di Madura, sekitar 23 tahun.
Pada usia 40 tahun, KH. Abdul Karim meneruskan pencarian ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim, yang diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura, KH. Hasyim Asy’ari. Hingga pada akhirnya KH. Hasyim Asy’ari menjodohkan KH. Abdul Karim dengan putri Kiai Sholeh dari Banjarmelati Kediri, pada tahun1328 H/ 1908 M.
KH. Abdul Karim menikah dengan Siti Khodijah Binti KH. Sholeh, yang kemudian dikenal dengan nama Nyai Dlomroh. Dua tahun kemudian KH. Abdul karim dengan istri tercinta berpindah ke tempat baru ke desa Lirboyo pada tahun 1910 masehi. Disinilah titik awal tumbuhnya Pondok Pesantren Lirboyo.
Kemudian pada tahun 1913 M, KH. Abdul karim mendirikan masjid di tengah-tengah sebuah komplek pondok, sebagai sarana ibadah & sarana belajar mengajar.
Secara garis besar KH. Abdul karim adalah sosok yang sederhana dan bersahaja. Beliau gemar melakukan riyadlah; mengolah jiwa atau tirakat, sehingga seakan hari-hari beliau hanya berisi pengajian dan tirakat.
Pada tahun 1950-an, (KH. Abdul Karim beribadah haji yang ke 2 kalinya) sebelumnya beliau melaksanakan ibadah haji pada tahun 1920an. Kondisi kesehatan beliau sudah tidak memungkinkan, tapi sebab keteguhan hatinya, akhirnya keluarga mengikhlaskan kepergiannya untuk menunaikan ibadah haji, ditemani sahabat akrabnya "KH Hasyim Asy'ari" & "H Khozin" (dermawan asal Madiun).
Sosok KH. Abdul Karim adalah sosok yang sangat istiqomah dan berdisiplin dalam beribadah, bahkan dalam segala kondisi apapun dan keadaan bagaimanapun, hal ini terbukti tatkala beliau menderita sakit, beliau masih saja istiqomah untuk memberikan pengajian dan memimpin sholat berjamaah, meski harus dipapah oleh para santri. Akhirnya pada tahun 1954 tepatnya hari senin, 21 Ramadhan 1374 Hijriah, KH Abdul Karim wafat dan dimakamkan dibelakang masjid Lirboyo. (al Fatihah...)
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari Profil Pondok Pesantren Lirboyo Kediri diatas adalah:- Pondok Pesantren Lirboyo Kediri didirikan oleh KH. Abdul Karim (asal Magelang-Jawa Tengah) sekitar tahun 1910 M, terletak di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur.
Baca juga: Profil Pondok Pesantren Langitan Tuban