Skip to main content

Benarkah Rasulullah Juga Bercanda?

Benarkah Rasulullah Juga Bercanda? by Santrie Salafie

Benarkah Rasulullah Juga Bercanda? - Sahabat santrie salafie, perlu diketahui bersama bahwa bercanda berbeda dengan sabar yang tidak ada batasnya, maka bercanda ada batasnya. Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita juga sering melakukannya, dengan tujuan untuk menumbuhkan suasana rileks dan santai bersama teman atau pun keluarga kita dirumah. Nah, hal yang seperti ini tidak dilarang selama tidak berlebihan. Lantas, apakah Rasulullah saw juga pernah bercanda? Simak ulasannya berikut.

Benarkah Rasulullah Juga Bercanda?

Suatu ketika saya membaca surat pembaca di sebuah media. Seseorang menulis dalam kolom surat pembaca tersebut tentang kritikannya terhadap sebuah tayangan televisi yang menyuguhkan acara lelucon yang menurutnya keterlaluan. Di dalam tayangan itu semua aktor saling melempar tepung sebagai bahan guyonannya.

Para penonton di studio pun tertawa. Tapi si penulis mengatakan bahwa tayangan itu sama sekali tidak lucu dan sama sekali tidak mendidik. Bagaimana jika tepung itu mengenai mata atau mengganggu saluran pernafasan ? justru itu sangat berbahaya dan sama sekali tidak lucu. Entah apa yang ada di benak para pelawak itu sehingga menjadikan tepung sebagai bahan lelucon.

Jika kita mau jujur, sebenarnya bukan hanya pembaca itu saja yang jengah dengan tontonan semacam itu. Alasannya, tontonan ini tidak mendidik, tidak bermanfaat, bahkan cenderung membahayakan. Termasuk lelucon saling mendorong atau memukul. Banyak dari kita muak dan menganggap guyonan ini tidak “elegan” dan dipaksa agar tampak lucu dan sebagainya. Tapi anehnya, justru tayangan semacam ini semakin di tonjolkan.

Hampir semua stasiun televisi menayangkan acara lawak yang tujuannya menghibur. Tetapi yang terjadi sebaliknya. Banyak cacian, makian, kebohongan, candaan yang melecehkan, dan spontanitas yang kebablasan. Belum lagi para pelawak yang menyerupai perempuan, dari pakaian, tingkah laku hingga bicara. Selain menurut syariat Islam ini termasuk dosa besar, juga ada dampak psikis bagi anak-anak, karena seolah-olah bagi seorang laki-laki memakai baju perempuan dan berlenggak lenggok agar tampak lucu adalah hal biasa saja.

Bercanda Ada Batasnya

Bercanda untuk menghidupakan suasana,menghilangkan ketegangnan dan menghibur tentu tidak dilarang. Rasulullah SAW, Sang Teladan, juga sosok yang sesekali suka bercanda. Akan tetapi dalam candaan beliau ini sama sekali tidak terdapat kebohongan, kata-kata kasar, apalagi merendahkan orang lain. Gurauan beliau mengandung kebenaran, bersifat menghibur dan sebagai selingan.

Contoh Candaan Nabi Muhammad yang Pertama

Contoh gurauan yang pernah dilontarkan Rasulullah SAW adalah terhadap seorang wanita lanjut usia. Suatu kali wanita ini datang kepada beliau sambil berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar Dia memasukkan ku ke dalam surga”.

Rasulullah SAW kemudian berkata kepada kepadanya, “Wahai Fulanah, sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh orang yang sudah tua..”

Wanita itu terperanjat dan menangis, karena mengira dirinya tidak akan masuk surga. Melihat itu Rasulullah SAW kemudian menjelaskan apa yang dimaksudkannya, bahwa Orang yang sudah lanjut usia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua. Kelak Allah akan menjadikannya sebagai gadis muda.

Kemudian Rasulullah membacakan ayat 35-37 surat AlWaqi’ah.

Benarkah Rasulullah Juga Bercanda? | Sirah Nabawiyah Santrie Salafie

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta dan sebaya umurnya.”

Mendengar ayat tersebut, maka tersenyumlah wanita tua ini dan gembiralah hatinya. Dalam peristiwa ini kita melihat bahwa Rasulullah juga suka bercanda, tetapi tak ada kebohongan di dalamnya.

Contoh Candaan Nabi Muhammad yang Kedua

Suatu hari Rasulullah SAW sedang bercengkrama dengan para sahabatnya sambil menikmati buah kurma. Kurma yang tersedia cukup banyak sehingga seorang sahabat Rasul, Sayyidina Ali ra, berniat iseng. Setiap dia memakan kurma, bijinya di taruh di depan Rasulullah. Ketika biji-biji kurma ini telah menumpuk, Ali ra pun berkata, “Hai para sahabatku. Lihatlah, di depan Rasulullah banyak sekali banyak sekali biji kurma. Ini berarti Rasulullah yang paling banyak memakan kurma.

Nabi Muhammad pun tersenyum dan berkata, “Para sahabatku, aku memang memakan banyak buah kurma, namun aku masih menyisakan bijinya. Nah, lihatlah dia, tak sebiji kurma pun ada di depannya. Berarti dialah yang makan kurma paling banyak, karena dia juga makan biji-bijinya”.

Sontak Ali dan para sahabat pun tertawa lepas.

Lelucon atau bercanda sudah menjadi bagian dari hidup kita. Hal ini tidak di larang selama tidak berlebihan dan tidak melupakan kewajiban sebagai seorang muslim. Hal yang terpenting, candaan itu tidak justru menimbulkan dosa karena tak jarang dalam bercanda seseorang malah memperolok orang lain.

Tak jarang sesuatu yang dianggap lucu dan menyenangkan, bagi orang lain justru menyakitkan. Sebagai contoh, ada seorang pelawak terkenal yang harus menghadapi masalah hukum akibat candaannya yang dianggap melecehkan seseorang.

Dalil tentang Bercanda

Allah menegasakan dalam Al Qur’an :

Benarkah Rasulullah Juga Bercanda? | Sirah Nabawiyah Santrie Salafie

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan orang lain. Boleh jadi orang yang ditertawakan lebih baik daripada mereka. Dan jangan pula sekumpula perempuan merendahkan kumpulan lainnya. Boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah engkau suka mencela diri sendiri dan jangan pula memanggil dengan panggilan (gelaran) yang mengandung dengan ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Hujurat : 11)

Salah Satu Larangan dalam Bercanda

Memanggil seseorang dengan panggilan yang buruk merupakan perbuatan yang tercela. Hal ini sering kita temukan ditengah-tengah pergaulan dimana seseorang dipanggil dan diberi julukan yang tidak semestinya. Padahal Allah dengan tegas melarang hal tersebut, karena merendahkan orang lain adalah sebuah bentuk kesombongan.

Belum tentu orang yang dicela lebih rendah kedudukannya dimata Allah dari pada yang mencela. Kalimat “Janganlah kamu saling mencela satu sama lain” dimaksudkan agar kita tidak mencela sesama mukmin karena sesama mukmin adalah satu tubuh. Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Dua orang yang saling mencaci maka dosanya tetap ditanggung oleh orang yang memulai selama orang yang dicaci itu tidak membalasnya". (HR Muslim, Abu Dawud dan Ahmad).

Terkadang keinginan untuk ditertawakan orang mendorong orang berkata bohong. Padahal Rasulullah SAW mengecam perbuatan itu. Rasulullah bersabda: "Celakalah orang-orang yang mengatakan suatu perkataan untuk ditertawakan orang dengan cara berbuat dusta, celakalah dia!, celakalah dia!". (HR. Tirmidzi).

Rasulullah SAW adalah manusia paling sempurna yang selalu mengutamakan kehidupan akhirat. Sekali pun begitu, beliau bercanda dengan istri, cucu-cucu dan para sahabat beliau. Beliau sangat menganjurkan suami istri untuk menjaga keharmonisan dengan gurauan dan canda. Rasulullah saw bersabda: "Segala sesuatu selain dzikrullah adalah permainan dan kesia-siaan kecuali terhadap 4 hal: 1). Seorang suami yang mencandai istrinya. 2). Seseorang yang melatih kudanya. 3). Seseorang yang berjalan menuju dua sasaran (memanah) dan 4). Seorang yang berlatih renang". (HR. An-Nasai).

Hadits di atas memberikan legitimasi secara penuh tentang bolehnya bercanda dengan pasangan kita. Ini bukanlah permainan sia-sia yang akan dengan mudah menghabiskan waktu kita. Bercanda secara umum mampu mengurangi kepenatan fikiran kita, apalagi bercanda dan bermain-main dengan suami-istri.

Insya Allah bukan sekedar mengurangi, namun justru memberi energi dan semangat baru dalam menjalani aktifitas kita selanjutnya. Untuk itu, kita memang tidak perlu menghentikan kebiasaan bercanda, tetapi berhati-hatilah dalam mengungkapkan candaan ini. Tidak berbohong, tidak mencela dan tidak menyakiti hati orang lain adalah hal-hal yang sangat penting untuk dijaga. Wallahu a'lam bish-shawab.

Fatimah Azzahra Alattas, SE... (Referensi: Majalah CN)

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari Rasulullah pun juga Bercanda diatas adalah:

  • Benarkah Rasulullah Juga Bercanda? Memang, benar. Rasulullah pun juga pernah bercanda, beliau bercanda dengan keluarga dan para sahabat beliau. Namun candaan beliau ada batasnya; tidak berbohong, tidak mencela dan tidak menyakiti hati orang lain adalah cara Rasulullah dalam beercanda.
  • Artikel yang berjudul: 'Benarkah Rasulullah Juga Bercanda?' diatas bisa kita jadikan sebagai bahan rujukan apabila kita ingin bercanda. Sehingga secara langsung ataupun tidak, kita telah mencontoh Akhlaq Rasulullah saw ketika bercanda.

Salam santun dan semoga bermanfaat.

Lihat Video: Muhasabatul Qolbi New Album.

Tambahkan aplikasi Santrie Salafie di smartphone tanpa install

  1. Buka SantrieSalafie.com dengan browser Chrome di smartphone
  2. Klik ikon 3 titik di browser
  3. Pilih "Tambahkan ke layar utama"
  4. Selanjutnya klik aplikasi Santrie Salafie dari layar utama smartphone Anda untuk menggunakannya.

Atau, ikuti Santrie Salafie di Google News dengan klik icon untuk mulai mengikuti dan mendapatkan pengalaman membaca lebih mudah.

Comment Policy: Silakan baca Kebijakan Komentar kami sebelum berkomentar.
Buka Komentar
Tutup Komentar
-->