Menjadikan Rasulullah Sebagai Idola Dunia Akhirat
Santrie Salafie 22.5.20
Menjadikan Rasulullah Sebagai Idola Dunia Akhirat — Pada suatu hari Jum’at di sebuah desa kecil di Jawa Timur ada seorang khatib berkhutbah. Suaranya serak-serak basah mirip umumnya khatib Jum’at di pedesaan, yang biasanya tanpa perencanaan matang. Shalat Jum’at umumnya selama ini terus-terang diselenggarakan seolah sekedar memenuhi fardhu semata. Tapi khatib yang ini lain: dalil-dalil bahasa Arabnya dilantunkan dengan fasih. Namun Bahasa Indonesia yang disampaikan cukup sederhana namun lancar, sekalipun demikian, isi khutbah bersahaja yang disampaikan oleh sang khatib setengah baya itu ternyata sempat menyentak hadirin.
Khutbah Jum'at, Menjadikan Rasulullah Sebagai Idola
Usai mengucapkan hamdalah sebagaimana ghalibnya, ia mulai memasuki tema pokok kajian.
“Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah...,”
katanya dengan sistem modulasi suara cukup lantang mengawali khutbah.
Ia pun lantas melanjutkan ceramahnya,
“Jadikanlah Rasul SAW itu sebagai idola. Kini banyak anak muda yang menjadikan bintang-bintang pujaannya sebagai idola. Lihatlah di kamar mereka terdapat banyak foto artis film, penyanyi atau tokoh politik dan lainnya. Bahkan tokoh idolanya itu mampu mewarnai pola hidupnya, tidak saja lagu dan lagaknya ditiru, akan tetapi juga cara berpakaian mereka. Hobi dan kebiasaannya diupayakan untuk diteladani.
Terutama anak-anak muda, mereka ibarat berjalan dalam kegelapan yang perlu obor penerang. Penerang adalah panutan, atau dalam bahasa sekarang disebut idola. Mereka yang menjadikan misalnya, artis atau olahragawan sebagai idola, berusaha tidak saja untuk menghafal lagu-lagunya dan atau teknik permainannya, akan tetapi juga cara bergaya dan berpakaiannya.
Mereka memakai jeans ala bintang film, lengkap dengan aksesoris anting-anting di telinga, dan tidak ketinggalan pula rambut dipanjangkan dengan kadang-kadang pakai kuncir. Semua itu semata-mata untuk mencontoh sang idola yang dipuja-pujanya. (Opini Keislaman Akual, 1996).
Alhamdulillah di negeri kita ini sudah banyak dibangun Masjid dan Mushala. Juga telah banyak madrasah dibuka orang dengan menghasilkan santri yang banyak. Tetapi sedikit sekali kita dapatkan muslim yang benar-benar berpanutan kepada Nabi Muhammad SAW secara Kaffah (totalitas).
Demikian juga kalau kita mengaku sebagai umat Nabi Muhammad, dan mencintainya. Jadikanlah beliau sebagai idola kita. Tiru dan teladanilah segala sunnah (perilaku) beliau. “Amalkan apa yang dianjurkan, dan jauhi apa yang dilarang!”.
Kata sang khatib juga belakangan diketahui jebolan sebuah pesantren.
Ia menyampaikan ceramah itu dalam kalimat-kalimat yang tidak muluk dan bombastis, namun terasa sejuk menelusup ke ulu hati dan sanubari pendengarnya. Sangat menyentuh persoalan aktual remaja masa kini. Tidak lain karena khutbah tadi disampaikan apa adanya dan secara ikhlas.
Sangat berbeda sekali dengan khutbah di kota-kota besar yang sering terdengar. Mimbar Jum’at itu tidak jarang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang menyimpang dari tujuan penyelenggaraan Shalat Jum’at, yakni yang semestinya untuk meningkatkan taqwa di kalangan umat.
Ternyata mendapatkan sesuatu yang baik itu tidak selalu harus di kota. Di desa yang terletak di hampir ujung timur pulau Jawa itu ternyata dapat kita temukan petitih yang pantas untuk direnungkan. (A.A. Haydar)
Penutup: semoga dengan membaca artikel yang berjudul menjadikan Rasulullah sebagai Idola dunia akhirat diatas, bisa menambah kecintaan kita semua kepada Rasulullah Muhammad saw., dan mudah-mudahan bisa selalu istiqamah dalam kebaikan. Amin. Salam santun dan semoga bermanfaat.
Baca juga: Kisah Para Sahabat Nabi Muhammad SAW