Skip to main content

Inspirasi Menghafal Al Quran dari Gaza Palestina

Inspirasi Menghafal Al Quran dari Gaza Palestina by Santrie Salafie

Inspirasi Menghafal Al Quran dari Gaza Palestina - Semangat anak-anak Gaza, Palestina dalam menghafal Alquran tidak pernah padam meski berada di tengah keterbatasan. Salah satunya karena faktor keterbatasan listrik. Meski demikian, kekurangan ini tidak menjadi hambatan. Tidak sedikit dari mereka yang hafal puluhan juz Alquran meski usianya masih belia.

Content

Cerita Inspirasi Menghafal Al Quran dari Gaza Palestina

Yahya, seorang pemuda asal Gaza Palestina bercerita bangun pagi dalam keadaan bertemu listrik merupakan sebuah kebahagiaan. Tidak seperti di Indonesia setiap hari kita dapat menikmati listrik. Di Gaza, mereka hampir tak pernah bertemu listrik. "Bagi kami, bangun tidur lalu ada listrik adalah sebuah kebahagiaan," katanya.

Di balik ketiadaan listrik, anak-anak Gaza justru tumbuh menjadi insan jenius dengan IQ yang berada di atas rata-rata. Yahya menuturkan, adiknya, anak tetangganya, dan teman-teman masa kecilnya tumbuh sebagai anak-anak Gaza yang cerdas.

Yahya berkisah bahwa ia baru saja melintas gerbang perbatasan Rafah 17 Desember lalu. Ia pun menuturkan kisah kehidupannya lahir dan besar di tanah konflik.

Inspirasi Menghafal Al Quran by Santrie Salafie

Maka, setelah lewat dari dua jam, penduduk Gaza tidak akan lagi menemukan listrik. Hal paling beruntung adalah jika mereka mendapat pasokan listrik selama lebih dari 6 jam sehari. Momen ini biasanya terjadi ketika ada limpahan listrik yang cukup dari generator tua yang dinyalakan di beberapa sudut Kota Gaza. Tetapi, hal ini sangatlah jarang terjadi.

Karena itu, anak-anak Gaza terbiasa hidup tanpa listrik. Namun demikian, situasi dan kondisi yang pelik tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap belajar terutama dalam mengkaji Alquran.

Sedari fajar mulai membentang, anak-anak Gaza telah berkumpul dalam halaqah di masjid. Sedang para hafidz yang telah akil-baligh memperdengarkan lantunan ayat suci Alquran untuk kemudian mereka hafalkan.

Motivasi Penghafal Al Quran

Bagi mereka, Alquran adalah yang utama, mereka belajar hingga Dzuhur. Barulah selepas Dzuhur mereka menuntut ilmu ke sekolah. Dan lagi-lagi, pelajaran yang utama adalah pembelajaran Alquran.

"Alquran adalah Nafas, dengannya kami hidup. Tidak pernah sekalipun kami meninggalkan Alquran. Oleh sebabnya, dengan keadaan yang begitu terbatas, kami tetap dapat hidup dan berjuang, meskipun dalam keadaan terkepung dan tanpa adanya fasilitas. Ini sudah menjadi hal yang wajar dan menyebar ke seluruh daerah di Jalur Gaza." tutur Yahya.

Bahkan setiap bulan, gelaran penghargaan untuk para hafiz Quran dilangsungkan di Gaza.

Inspirasi Menghafal Al Quran by Santrie Salafie

Di Khan Yunis, mayoritas anak-anak Gaza hafal Alquran. Daerah di sebelah sisi timur wilayah Gaza ini berbatasan langsung dengan Israel. Menurut Yahya, di bulan Desember lalu desanya yang hanya berpagar tembok tinggi dengan Israel, baru saja menggelar wisuda bagi penghafal Alquran. Sebanyak 200 orang diluluskan dalam wisuda penghafal Alquran tersebut.

"Jangan ditanya apakah mereka sempat memiliki waktu bermain. Mungkin ada, tapi bagi mereka tak ada waktu luang selain untuk berjihad," tutur Yahya menyimpulkan apa yang ada di hati sebagian besar anak-anak Gaza.

Situasi dan kondisi yang pelik telah memacu mereka untuk menjadi para penghafal Al-Quran di usia yang masih begitu belia. Sebab tak ada lagi yang mampu mereka lakukan untuk menjadi bekal jihad sekaligus syahid mereka.

-Apabila kami masih terus-terusan bermain, berarti kami sudah melakukan pengkhianatan besar. Sebab, tak ada yang lebih penting melainkan berjihad.- tegas Yahya.

Bergeser ke Selatan Khan Yunis, tepat di daerah perbatasan antara wilayah Palestina dengan wilayah Israel, Yahya menuturkan tak ada rumah atau bangunan apapun selain tenda-tenda seadanya. Tenda terbuat dari terpal-terpal lusuh.

"Mengapa hanya terpal? Sebab kalau ada sebentuk pun bangunan permanen pasti langsung diledakkan meskipun hanya dari papan," ujarnya.

Ketika setidaknya anak-anak yang berada di dalam kota Gaza masih dapat bersekolah, beda nasib dengan mereka di perbatasan Khan Yunis dan Israel. -Mereka yang berdiam di perbatasan, tak akan pernah merasakan bangku pendidikan.- Katanya.

Namun menurut Yahya, bocah-bocah di Khan Yunis, perbatasan antara Israel dan Gaza, jauh lebih pintar dari anak-anak yang bersekolah. Hampir semuanya adalah hafiz Quran. Mereka juga lebih tangguh dan berani sebab merekalah garda terdepan menghadapi tentara Israel. Mereka yang setiap hari selalu melawan tentara Israel, dan setiap hari pula para syuhada berjatuhan.

"-Mereka tidak takut karena mereka telah menguasai Al-Quran. Al-Quran adalah yang Utama, tidak masalah tidak mempelajari ilmu lain. Yang paling penting adalah Al-Qur'an. Sebab, Al-Qur'an adalah muara segala ilmu.-" pungkasnya.

Penutup

Semoga dengan membaca kisah inspiratif al quran ini, bisa menambah semangat kita dalam menghafal Al Qur'an, dan mudah-mudahan bisa selalu istiqamah dalam kebaikan. Amin.

Jika sahabat-sahabat kita yang berada di Gaza mampu menghafal Qur'an dalam situasi yang sangat pelik, dan tanpa penerangan listrik, maka kita yang berlawanan kondisi dan situasi dengan mereka, harus lebih giat lagi dalam menghafalkan alQur'an. Salam santun dan semoga bermanfaat.

Baca juga: Renungan untuk Penghafal Al Quran tentang Akhlak

Tambahkan aplikasi Santrie Salafie di smartphone tanpa install

  1. Buka SantrieSalafie.com dengan browser Chrome di smartphone
  2. Klik ikon 3 titik di browser
  3. Pilih "Tambahkan ke layar utama"
  4. Selanjutnya klik aplikasi Santrie Salafie dari layar utama smartphone Anda untuk menggunakannya.

Atau, ikuti Santrie Salafie di Google News dengan klik icon untuk mulai mengikuti dan mendapatkan pengalaman membaca lebih mudah.

Comment Policy: Silakan baca Kebijakan Komentar kami sebelum berkomentar.
Buka Komentar
Tutup Komentar
-->