Skip to main content

Ummu Sulaim binti Malhan Tak Pernah Silau oleh Dunia

Ummu Sulaim binti Malhan Tak Pernah Silau oleh Dunia by Santrie Salafie

Ummu Sulaim binti Malhan - Pernahkah Kalian membaca atau mendengar kisah tentang Ummu Sulaim binti Malhan? Siapakah Ummu Sulaim binti Malhan? Seperti apa kepribadiannya? Dan apa keistimewaan yang ia miliki? Tenang, karena pada kesempatan kali ini Santrie Salafie akan berbagi tentang Kisah Ummu Sulaim binti Malhan.

Selengkapnya, langsung saja yuk scroll ke bawah untuk menyimak lebih lanjut tentang Kisah Ummu Sulaim binti Malhan.

Tak Pernah Silau oleh Dunia

Inilah potret wanita yang memiliki iman seteguh karang. Hatinya dipenuhi hasrat untuk menggapai ridho Allah swt sehingga bujuk rayu dunia tak pernah menaklukannya.Baginya dunia hanyalah tempat singgah sementara dan harta benda adalah titipan dari-NYA. Tujuan hidup didunia adalah menanam amal-amal shalih untuk dipetik pahalanya di akhirat kelak. Wanita berhati mulia ini adalah Ummu Sulaim binti Malhan.

Tatkala cahaya risalah terbit, orang-orang yang memiliki fitrah yang lurus berbondong-bondong masuk islam. Di antaranya adalah Ummu Sulaim yang termasuk golongan pertama pemeluk islam dari golongan Anshar. Ia sama sekali tidak mempedulikan segala kemungkinan buruk yang akan menimpanya.

Namanya adalah Ummu Sulaim binti Malhan. Ia adalah seorang wanita cantik yang memiliki sifat keibuan. Pribadinya terhiasi dengan ketabahan, kebijaksanaan, pikiran positif, kecerdasan, kefasihan dan sederet akhlaq mulia lainnya. Sifat-sifat elok demikian inilah yang mendorong putra pamannya Malik bin Nadhar, untuk menikahinya. Dari pernikahan mereka lahirlah Anas bin Malik, seorang sahabat Baginda Rasulullah saw yang sangat masyhur.

Setelah masuk islam, cobaan pertama yang harus di hadapi Ummu Sulaim adalah kemarahan Malik bin Nadhar, suaminya. Lelaki yang baru saja pulang dari bepergian itu murka begitu mendapati istrinya telah menjadi muslimah. “Apakah engkau murtad dari agamamu?” bentaknya. Dengan tegar Ummu Sulaim menjawab, “Tidak, justru kini aku telah beriman".

Suatu ketika Ummu Sulaim menuntun putranya, Anas bin Malik, sembari berkata : “Katakanlah La ilaha illallah, asyhadu anna Muhammadan rasulullah!” Anas menirukan ucapan ibundanya itu. Akan tetapi sang ayah menghardik : “Jangan merusak anakmu!” Ummu Sulaim membantahnya : “Aku tidak merusaknya. Aku malah mendidik dan memperbaikinya".

Malik bersikukuh dengan akidah jahiliyah lantaran perasaan gengsi dan sombong yang telah mengerak di relung hatinya. Sebenarnya ia mengerti bahwa keyakinannya selama ini salah. Hanya saja ia tak mau harga dirinya jatuh di mata banyak orang dengan memeluk islam. Ia mewanti-wanti istrinya bahwa dirinya akan pergi dari rumah dan tak akan pulang sampai istrinya mau kembali kepada keyakinannya yang lama. Ancaman ini sama sekali tidak di hiraukan oleh Ummu Sulaim.

Tatkala mendapati istrinya teguh pada pendirian dan terus mengulang-ulang kalimat syahadah, Malik menjadi tidak betah. Dengan perasaan marah ia pergi dari rumah kemudian bertemu musuh dan terbunuh. Ummu Sulaim terpukul dengan kabar kematian sang suami, akan tetapi ia berusaha tabah. Ia lalu berikrar: “Aku tidak akan menyapih Anas sampai ia sendiri yang menghendakinya, dan aku tidak akan menikah sampai Anas menyuruhku".

Ketika Anas beranjak besar, Ummu Sulaim mengajaknya menghadap Baginda Nabi saw. Dengan perasaan malu ia memohon agar putranya di jadikan pembantu Beliau. Baginda Rasul saw mengabulkan permintaan Ummu Sulaim. Sejak saat itu Anas menjadi sahabat yang sangat dekat dengan beliau dan ini membuat Ummu Sulaim teramat bahagia.

Mahar Islam

Kisah ketabahan Ummu Sulaim dan putranya membuat kagum banyak orang, tak terkecuali Abu Thalhah yang saat itu belum masuk islam. Ia begitu mengagumi Ummu Sulaim dan belakangan memberanikan diri untuk melamarnya. Mahar yang mewah sudah ia sediakan demi menggait wanita yang ia idam-idamkan itu. Sayang, cintanya tak terbalas. Ummu sulaim menolak secara halus dengan ucapannya: “Sungguh diriku tidak pantas menikah dengan orang musyrik. Ketahuilah wahai Abu Thalhah, tuhan-tuhan kalian adalah hasil pahatan orang dari keluarga fulan. Seandainya kalian mau membakarnya, maka tuhan-tuhan kalian akan lebur terbakar".

Dada Abu Thalhah terasa sesak. Ia seolah tak percaya dengan apa yang sedang di hadapinya. Mahar yang mewah ternyata tak membuat Ummu Sulaim bersedia menerinya lamarannya. Meski demikian, ia belum mau menyerah. Cintanya yang tulus mendorongnya untuk kembali menemui Ummu Sulaim pada hari berikutnya. Kali ini ia membawa mahar yang lebih mewah di sertai roti dan susu dengan harapan hati pujaannya akan luluh.

Ummu Sulaim bukanlah wanita yang mudah terbuai oleh kilauan harta. Baginya iman dan islam berada di atas segalanya. Oleh karena itu ia berkata kepada Abu Thalhah:

“Orang seperti anda sebetulnya tidak pantas untuk di tolak wahai Abu Thalhah. Hanya saja diri anda masih kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah yang tidak halal menikah dengan anda".

“Lantas apa yang kamu inginkan?” tanya Abu Thalhah penasaran.

“Apa yang aku inginkan?” Ummu Sulaim balik bertanya.

“Ya, apakah kamu menginginkan emas dan perak?” tanya Abu Thalhah.

“Tidak,” jawab Ummu Sulaim. “Aku tidak menginginkan emas dan perak. Aku menginginkan anda masuk islam.”

“Kepada siapa aku mesti datang untuk masuk islam?”

Ummu Sulaim memberi petunjuk dengan perkataannya: “Datanglah kepada Rasulullah saw!”

Abu Thalhah tak mau membuang-buang waktu. Ia pun segera pergi menghadap Baginda Nabi saw yang saat itu tengah berada di majelis bersama para sahabat. Beliau melihat Abu Thalhah datang, Beliau bersabda: “Telah datang kepada kalian Abu Thalhah yang di kedua matanya terpancar cahaya islam.” Di hadapan Baginda Nabi saw, Abu Thalhah mengisahkan apa yang di katakan Ummu Sulaim. Pada akhirnya Abu Thalhah masuk islam dan menikahi wanita dambaan hatinya.

Dalam riwayat lain di sebutkan bahwa Ummu Sulaim berkata kepada Abu Thalhah saat meminangnya: “Orang seperti anda sebetulnya tidak pantas untuk di tolak wahai Abu Thalhah. Hanya saja diri anda masih kafir, sedangkan aku adalah seorang muslimah yang tidak halal untuk menikah dengan anda. Jika anda masuk Islam, maka itu adalah mahar bagiku dan aku tidak meminta yang lainnya". Ucapan ini menyentuh perasaan Abu Thalhah hingga tanpa terasa lisannya berucap berkali-kali mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ummu Sulaim menoleh kepada Anas dan berkata dengan perasaan suka cita lantaran hidayah yang di berikan kepada Abu Thalhah melaluinya: “Wahai Anas, nikahkanlah aku dengan Abu Thalhah.” Kemudian Abu Thalhah menikahinya dengan islam sebagai maharnya. Oleh karena itu, Tsabit meriwayatkan hadits dari Anas yang berbunyi: “Aku belum pernah mendengar seorang wanita yang lebih mulia dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam". (Sunan Nasa’i VI/114).

Ummu Sulaim selanjutnya tinggal bersama Abu Thalhah dalam behtera rumah tangga yang di isi dengan nilai-nilai Islam yang indah. Keduanya mengarungi kehidupan yang tenang dan penuh kebahagiaan. Ummu Sulaim adalah profil istri yang salehah yang menunaikan hak dan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Ia adalah salah satu teladan terbaik bagi para ibu, pendidik dan wanita muslimah sepanjang masa.
Referensi: Majalah CN.116_18,19,20.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari Kisah Ummu Sulaim binti Malhan diatas adalah:
  • Ummu Sulaim binti Malhan adalah seseorang yang termasuk kelompok pertama pemeluk islam dari golongan Anshar. Ia adalah seorang wanita cantik yang memiliki sifat keibuan. Pribadinya terhiasi dengan ketabahan, kebijaksanaan, pikiran positif, kecerdasan, kefasihan dan sederet akhlaq mulia lainnya. Dan salah satu keistimewaan yang dimilikinya adalah ia tak pernah silau oleh dunia, ini terbukti saat ada seseorang yang meminangnya dengan membawa Mahar Mewah namun ditolaknya secara halus. Ia memilih sebuah Mahar Islam sebagai Mahar Istimewanya.
Semoga dengan membaca Kisah Ummu Sulaim binti Malhan ini, bisa menambah keimanan dan semangat amar ma'ruf nahi munkar pada pribadi kita sendiri, khususnya. Dan orang lain pada umumnya. Amin... Salam santun dan semoga bermanfaat.

Baca juga: Puisi Sufi

Tambahkan aplikasi Santrie Salafie di smartphone tanpa install

  1. Buka SantrieSalafie.com dengan browser Chrome di smartphone
  2. Klik ikon 3 titik di browser
  3. Pilih "Tambahkan ke layar utama"
  4. Selanjutnya klik aplikasi Santrie Salafie dari layar utama smartphone Anda untuk menggunakannya.

Atau, ikuti Santrie Salafie di Google News dengan klik icon untuk mulai mengikuti dan mendapatkan pengalaman membaca lebih mudah.

Comment Policy: Silakan baca Kebijakan Komentar kami sebelum berkomentar.
Buka Komentar
Tutup Komentar
-->